BABELUPDATE.COM — Perdana Menteri (PM) sementara Lebanon, Najib Mikati, menyatakan negaranya saat ini berada dalam keadaan perang.
Status keadaan perang tersebut disampaikannya pasca bentrokan yang terjadi antara Israel dan Hizbullah dalam kurun waktu sembilan bulan terakhir.
Imbas dari bentrokan tersebut meningkatkan kekhawatiran pemerintah Lebanon akan invasi militer Zionis ke negaranya.
Dilansir dari sindonews.com, PM Mikati menyampaikan hal itu saat berkunjung ke Lebanon selatan pada Sabtu pekan lalu, di mana ia berharap konflik tidak akan meluas.
“Kami selalu menganjurkan perdamaian, dan pilihan kami adalah perdamaian dan penerapan Resolusi 1701. Israel harus menghentikan serangan berulang-ulangnya terhadap Lebanon, dan menghentikan perang di Gaza, serta setiap orang harus menerapkan Resolusi Internasional Nomor 2735,” ujarnya.
Dikutip dari New Arab, resolusi PBB 1701 yang mengakhiri invasi Israel ke Lebanon pada tahun 2006 menyerukan penghentian permusuhan antara Hizbullah dan Israel dan penarikan Hizbullah ke utara sungai Litani dan Israel dari Lebanon.
Sementara itu, Resolusi PBB 2735 menyerukan penerapan gencatan senjata tiga tahap di Gaza, Palestina, pertukaran sandera dan menekankan perlunya solusi dua negara.
“Kami bersama rakyat kami. Perlawanan melakukan tugasnya, pemerintah Lebanon melakukan tugasnya, dan tujuan kami adalah melindungi negara dalam segala hal,” kata Mikati, Senin (1/7/2024).
Pernyataannya muncul ketika momok invasi Israel meningkat, seiring meningkat pula intensitas bentrokan antara militer Zionis dan Hizbullah, serta retorika dari kedua belah pihak.
Militer Zionis Israel pun menyatakan telah menyetujui rencana invasi ke Lebanon jika memang diminta/diperlukan.
Selain itu, pemerintah beberapa negara seperti Irlandia, Kuwait dan Jerman yang warganya bermukim di Lebanon, memperingatkan untuk meninggalkan negara tersebut. Sedangkan Kanada dan Amerika Serikat (AS), baru akan melakukan persiapan evakuasi warganya jika benar-benar terjadi perang besar disana.
Sebagai informasi bentrokan antara kelompok Hizbullah dan Israel telah berlangsung sejak 8 Oktober 2023, menyusul pecahnya perang terbaru Israel dengan kelompok Hamas di Gaza, Palestina. (*)
Editor : Ali Syahbana